Saturday, October 13, 2012

About of Ghaida Tsurayya


Menjadi desainer dan anak pendakwah bukanlah yang diinginkan Ghaida. Semua mengalir begitu saja dan menjadi jalan hidupnya...

*Ghaida Tsurayya Abdullah Gymnastiar/ Foto: Nopi TNOL

Terlahir sebagai anak pendakwah kondang Abdullah Gymnastiar, atau lebih dikenal sebagai Aa Gym, dan Ninih Muthmainah atau biasa disapa Teh Ninih, tidak membuat Ghaida Tsurayya mengikuti jejak kedua orang tuanya menjadi pendakwah. Terlebih orangtuanya membebaskan dia memilih jalan hidup sendiri asal dekat dengan Allah SWT.
Bagi anak pertama dari tujuh bersaudara ini, jalan dakwah bermacam-macam bisa menjadi penceramah atau lainnya seperti melalui pakaian dan komunitas. Nah, perempuan kelahiran Bandung, 5 September 1988 ini memilih keduanya sebagai jalan dakwah. Di pakaian, Ghaida menjadi perancang busana pakaian muslim. Sedangkan di komunitas dia berada di posisi Divisi Pengajian Hijabers Community. Divisi Pengajian Hijabers Community memiliki tugas antara lain menggelar pengajian tiap bulan. Pengajian selalu menghadirkan tausyiah dari orang-orang berkompeten dibidangnya. Selama berada di posisi tersebut Ghaida  belum pernah memberikan ceramah.
“Kalau sebagai pendakwah saya belum cukup kompeten bicara, lagi pula menjadi pendakwah berat. Kalau saya sih bagaimana dengan Allah saja, karena dakwah itu bukan hanya jadi penceramah. Melainkan banyak cara, bisa lewat baju dan komunitas,” ucap Ghaida kepada TNOL di Masjid Cut Meutia, Minggu malam.

*Ghaida menyalami anggota Hijabers Community 

Di komunitas Hijabers Community Ghaida ikut terlibat mendirikannya. Berawal dari kesukaannya menulis di blog, membuat dia berteman dengan sesama muslim lainnya. Mereka membuat group dan sepakat mendirikan Hijabers Community sebagai wadah silaturahmi kepada sesama muslimah. Tak disangka, komunitas ini mendapat sambutan luar biasa. Sampai-sampai Ghaida menjadi committee di Bandung.
Sebenarnya Ghaida mendapat tawaran menjadi ketua Hijabers Bandung. Namun, dia tidak bersedia lantaran tanggung jawabnya besar. Meski begitu Ghaida selalu siap bila diperlukan komunitasnya. Dia pun tak sungkan bolak balik Bandung-Jakarta untuk mengurus acara yang berkaitan dengan Hijabers Community.
“Saya senang saja dan tidak masalah dengan dua jabatan itu, apalagi saya sering bolak balik Bandung-Jakarta,” ucapnya.
          Selain mengurus komunitas di Jakarta, Ghaida juga menyempatkan diri membeli bahan-bahan untuk keperluan butiknya serta mampir ke rumah mertua di bilangan Kebon Jeruk. Maklum, mereka sangat kangen terhadap buah hati Ghaida yang berusia 10 bulan, Gherisa Hanifa.
          “Bulan puasa lalu saya dan keluarga bisa dua kali seminggu ke Jakarta. Sekarang seminggu sekali atau dua minggu sekali,” jelasnya.
Di Bandung sendiri, kata istri dari Harpinadi Ihram ini, committee ada sekitar 21 orang. Tapi, saat acara belangsung bisa dihadiri ratusan anggota semisal pengajian yang baru mereka gelar beberapa hari lalu di Kota Kembang. Pengajian menghadirkan 400 orang lebih, padahal pemberitahuan dilakukan tiga hari sebelum acara.
Sama saat halal bihalal sekaligus pengajian di masjid Cut Meutia yang digelar pada 18 September kemarin. Mereka memberitahukan agenda tersebut beberapa hari sebelum acara berlangsung. Hasilnya banyak anggota Hijabers Community dari wilayah Jabodetabek berdatangan. Apalagi pengajian dan halal bi halal menampilkan KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym. Mengenai kehadiran Aa Gym tak terlepas dari peranan Ghaida.
          Ghaida menyalami anggota HC/ IstimewaDia meminta sang ayah mengisi acara tersebut. “Bapak tadi pagi habis memberikan ceramah di Bandung. Saya minta dia untuk datang, Bapak bersedia demi dakwah. Setelah itu kembali lagi ke Bandung untuk ceramah,” ucap Ghaida.
Sebagai anak pendakwah, Ghaida merasa bersyukur lantaran bisa bertukar pikiran tentang berbagai macam persoalan baik tentang keluarga, bisnis maupun agama, terutama tauhid.
“Memang awalnya merasa menjadi anak pendakwah berat karena gerak gerik tidak bebas. Tapi ini takdir dan alhamdullilah menjadi anak pendakwah membuat saya terjaga dari hal-hal negatif. Apalagi, saya sekolah di SMA yang orang-orangnya bermacam-macam dan adapula yang berpacaran. Mengenai pacaran orangtua melarang saya,” tutur Ghaida.
*Ghaida Tsurayya dengan baju hasil rancangannya

 *Ghaida dengan baju rancangannya

Menjadi Desainer  
          Ghaida dengan baju rancangannya../ IstimewaSelain aktif di Hijabers Community, Ghaida juga merupakan seorang desainer pakaian muslim dengan label GDa’s.  Usaha sudah dia geluti sejak dua tahun lalu. Ghaida mendapat keahlian merancang pakaian secara otodidak. Dia belajar lewat internet maupun teman-temannya yang pandai menggambar sejak duduk di semester enam jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung (ITB).
          Awal mendesain pakaian hanya untuk keperluan sendiri. Ternyata hasil rancangannya banyak dilirik oleh sahabat-sahabatnya. Berbekal dukungan itu memotivasi dia untuk terjun ke bisnis sesungguhnya. Terlebih dia mendapat dukungan penuh dari keluarga. Dia menjual secara online terlebih dahulu. Itu juga mendapat sambutan baik dari masyarakat. Sampai-sampai, pembelinya juga datang dari Jerman, Malaysia, Mekah dan Singapura.
Pembeli dari Indonesia tidak kalah banyak. Rata-rata mereka ingin melihat secara langsung pula. Ghaida pun membuka butik di kediamannya di Geger Kalong, Bandung. “Ruang tamu saya sulap jadi butik,” imbuhnya.
Beragam pakaian Ghaida tak hanya bisa dijumpai di butiknya. Di Jakarta, pakaian Ghaida bisa dibeli di butik Moshaiq yang terletak di Jalan Raden Saleh 55.
“Di sana adapula rancangan teman-teman dari Hijabers Community lainnya, karena misi kita ingin orang yang memakai baju tertutup terlihat oke,” kata Ghaida.   

          Ghaida di depan butiknya di Bandung/ IstimewaRancangan  Ghaida terbuat dari bahan katun dan kaos sehingga nyaman dikenakan. Dia mengedepankan warna-warna ceria dan colorful agar terlihat feminin. Dia membeli bahan-bahan di Bandung dan Jakarta.
Saat ini, Ghaida memiliki tujuh karyawan meliputi penjahit dan SPG. Kedepannya, Ghaida akan menambah karyawan di bagian akuntan dan marketing. Pakaian karya Ghaida bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari dan pesta. Harga pakaian sehari-hari berkisar Rp 150 ribu sampai Rp 400 ribu.
Pakaian pesta seharga Rp 600 ribu-Rp 3 juta.  Pakaian itu tak hanya kaum muslim saja yang menyukai. Orang-orang non-muslim juga tertarik membeli pakaiannya.
Dia juga menerima pesanan bila konsumen menghendakinya. “Kalau pesanannya pakaian seksi saya tidak mau melayani,” tegas Ghaida.  
          Mengenai ijazahnya sebagai Sarjana Fisika, sambung Ghaida, memang belum ia pergunakan di dunia kerja. Meski begitu, ia berharap bisa mendirikan sebuah sekolah untuk anak-anak belajar science secara fun.

No comments:

Post a Comment