Monday, October 1, 2012

Sinar yang Sirna

Siapa sangka Sukarnah, atlet Indonesia yang pernah merebut medali perunggu dalam cabang lempar lembing putri di Asian Games ke-3 di Tokyo, tahun…1958, kini hidup merana sebagai buruh tani musiman di desanya, di Cisaga, Tasikmalaya, Jawa Barat. Lebih mengejutkan lagi, atlet putri yang mengharumkan nama Indonesia di dunia itu sekarang sudah berganti kelamin menjadi seorang pria bernama Iwan Setiawan. "Waktu itu saya satu-satunya atlet Indonesia yang membawa pulang medali," ujar Iwan yang kini berusia 67 tahun, ketika tampul di Kick Andy. Bagaimana penghargaan pemerintahan Bung Karno waktu itu terhadap prestasi Sukarnah itu? "Pada saat menerima tim atlet Indonesia, Bung Karno menepuk pundak saya dan mengatakan saya sudah berjasa bagi bangsa dan Negara," ujarnya. Pujian dari kepala Negara itu sudah cukup berarti bagi Sukarnah. "Saya bangga sekali waktu itu. Saya tidak mikir untuk mendapatkan penghargaan macam-macam. Saya membela Indonesia dengan semangat nasionalisme," dia menegaskan. Kalaupun ada penghargaan sejumlah uang dari pemerintah dan pengusaha, oleh Sukarnah digunakan untuk menyelesaikan kuliahnya di IKIP Bandung. Suhanah atau Iwan mengaku memang pernah dijanjikan akan diberi rumah. Tapi sampai sekarang janji itu tidak pernah terwujud. Lalu bagaimana ceritanya sampai Sukarnah berubah menjadi Iwan? "Waktu itu saya mimpi bertemu Bung Karno. Sejak itu terjadi perubahan fisik pada dirinya. Dari seorang wanita menjadi pria yang normal. Ketika ditanya apakah ada kemungkinan waktu itu sebenarnya dia sebenarnya laki-laki yang menyamar menjadi atlet putri?, Iwan nyangkal. "Waktu itu saya perempuan tulen. Sebelum melakukan pertandingan semua atlet dites dulu," ujarnya. "Perubahan kelamin terjadi beberapa tahun kemudian," ujar suami dari Puji Astuti yang kini menjadi ayah seorang anak ini dengan meyakinkan. Cerita tentang Sukarnah atau Iwan Setiawan ini hanya sebagian dari cerita duka para atlet Indonesia yang pernah mengharumkan nama Indonesia yang kemudian di masa tua mereka harus hidup menderita secara material karena kurangnya penghargaan dari pemerintah. Surya Lesmana, misalnya. Mantan pemain sepakbola yang besama Jakob Sihasale pernah mengharumkan nama Indonesia di Piala Merdeka Malaysia ini sekarang tinggal di sebuah kamar sempit di daerah Glodok Jakarta dengan kondisi yang menyedihkan. Juga atlet taekowondo Budi Setiawan yang meraih medali perunggu di Asian Games ke-10 di Seoul Korea Selatan pada 1986. Budi bahkan pernah terpaksa menggadaikan semua medali yang pernah diperolehnya untuk bisa menyambung hidup keluarganya. Sekarang mantan juara Asian Taekwondo Championship dan SEA Games ini harus jungkir balik menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai pelatih honorer taekwondo anak-anak SD dan SMP. Hal yang tidak jauh berbeda dialami Tati Sumirah. Pahlawan bulutangkis yang pernah bersama Tim Uber merebut Piala Uber untuk pertama kalinya ini sekarang harus hidup dengan menumpang di rumah kakaknya sembari membantu jualan barang-barang kelontong. "Saya ingin bisa bekerja di pabrik seperti tetangga-tetangga yang lain," ujarnya. Maka, sungguh mengharukan ketika Rudy Hartono, maestro bulutangkis Indonesia, di acara Kick Andy langsung memberikan pekerjaan kepada Tati Sumirah di perusahaan olie Top One yang dipimpinnya. Sementara Iwan Setiawan, Budi Setiawan, dan Surya Lesmana masing-masing mendapat rumah dari Menpora Adyaksa Dault yang diberikan secara spontan di ujung acara Kick Andy.

No comments:

Post a Comment