Monday, October 1, 2012

Stop tawuran !!!

Tawuran antar pelajar dan mahasiswa akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan. Bahkan tawuran sudah menjadi tradisi sekolah atau universitas tertentu sejak dulu. Mirisnya jumlah kasus anarkisme yang melibatkan pelajar dan mahasiswa cenderung meningkat. Dan bahkan telah menjurus ke hal-hal yang bersifat kriminalitas dan bahkan menelan korban. Apa yang terjadi pada institusi pendidikan kita? Bukanlah seharusnya mereka disibukkan dengan kegiatan belajar mengajar dan bukan malah berkeliaran mencari masalah dengan sesama pelajar. Kick Andy kali ini ingin mengingatkan kepada semua pihak akan dampak yang mengancam para pelajar dan juga mahasiswa akibat tawuran.
            Seperti apa yang dialami oleh Misnarudin Robot dan Latifisari yang harus kehilangan anak mereka, Aldino Roke Utama yang menjadi korban tawuran. Latifisari yang akrab disapa Fifi tidak menyangka bahwa Aldino yang awalnya pamit untuk menjenguk adiknya di rumah sakit tidak pernah kembali kerumah. Dalam perjalanan ke rumah sakit Aldino yang pergi diantar temannya ternyata berpapasan dengan sesama pelajar lainnya. Dari hanya melempar batu kecil kemudian berbuntut hingga salah satu dari pelajar itu memukul kepala Aldino dengan batu conblock hingga menewaskan dirinya. Dan mengubur cita-cita Andino menjadi seorang pemain bola profesional.
            Selain Aldino, ada juga korban lainnya yaitu Mitra Budi Susilo. Mitra dalam perjalanan pulang saat dirinya terjebak ditengah-tengah tawuran pelajar. Karena terdesak, Mitra yang tidak bisa berenang ini nekat terjun ke sungai demi menghindari tawuran. Mitra kemudian tenggelam terbawa arus sungai dan kemudian ditemukan sudah tidak bernyawa. Ibunda Mitra, Enawati tidak pernah menyangka bahwa ia harus kehilangan anak bungsu kesayangannya yang pendiam dan hobi mengotak-atik motornya. Pipit Suroso, salah satu kakak laki-laki Mitra mengatakan “waktu mendengar bahwa adik saya jatuh ke kali saja kondisi ibu saya sudah lemah. Dan ketika jenazah adik saya tiba di rumah, ibu saya langsung pingsan. Bahkan sampai sekarang, kalau melihat dan mendengar teman-temannya bercerita tentang almarhum adik saya, ibu saya langsung menangis”.
            Apa yang dialami Tono, bukan nama sebenarnya juga cukup memprihatinkan. Dalam perjalanan pulang sekolah, ketika turun dari angkutan umum secara tiba-tiba dirinya diserang oleh pelajar lain yang langsung mengarahkan celurit ke bagian belakang kepalanya. Tono pun kemudian berusaha untuk menyelamatkan dirinya, dalam keadaan terluka ia berlari menjauh dari para pelajar tersebut. Beruntung ia berpapasan dengan pengendara sepeda motor yang kemudian mengantarnya ke rumah sakit terdekat. Ibunya, Tina, kemudian mengaku kaget saat mendapat telepon dari suster rumah sakit yang mengatakan bahwa anaknya mengalami luka parah. “Dokter bilang ada penggumpalan darah dibagian belakang kepala saya. Dokter juga bilang lukanya sampai sepuluh sentimeter, dan saya mendapatkan 7-8 jahitan”, ujar Tono. Sampai sekarang Tono masih dalam masa pemulihan, akibat peristiwa itu, ia sering menderita sakit kepala sehingga membuatnya sulit berkonsentrasi pada pelajaran.
            Tawuran tidak hanya monopoli pelajar. Para mahasiswa pun kerap melakukan tawuran, seperti apa yang dialami oleh Naston dan Gazali yang merupakan korban dan pelaku tawuran di sebuah universitas di Makasar. Menurut Naston tawuran sudah menjadi tradisi di kampusnya. Saat itu sebagai mahasiswa baru, ia diminta ikut tawuran oleh seniornya. Namun Naston tidak pernah menyangka bahwa akibat tawuran, ia harus menanggung cacat permanen di wajahnya. Serta kehilangan kesempatan untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang jurnalis. Karena terlibat tawuran Naston dikeluarkan oleh organisasi mahasiswa yang ia telah ikuti selama lebih kurang 4 tahun.
            Tidak hanya Naston. Nasib yang sama juga dialami Gazali. Karena sering terlibat tawuran, Gazali bahkan sampai masuk penjara 6 kali dan bahkan di drop out dari kampusnya. Cita-citanya sebagai seorang teknisi otomotif pun kandas di tengah jalan. Gazali mengaku bukan hanya dirinya sendiri yang merasa kecewa tetapi juga orang tuanya. Gazali mengaku harus berjuang menata masa depannya. Menurutnya tawuran adalah perbuatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat. “Pesan saya kepada adik-adik pelajar SMP, SMA maupun mahasiswa di Perguruan Tinggi  pokoknya seluruh Indonesia. Saya sarankan lebih baik hindari yang namanya perang atau tawuran. Karena, di balik peperangan itu tidak ada manfaatnya, bahkan merugikan orang banyak,” ujar Gazali.

No comments:

Post a Comment