Bagaimana
awal kisah terjun ke fashion muslim?
Sejak kecil, saya memang disiapkan
orangtua untuk melanjutkan usaha garmen dan butik. Lulus SMP, saya disekolahkan
di SMK 1 Pekalongan jurusan Tata Busana. Sempat malu, tapi sekarang malah
bersyukur, he he he . Lulus SMK, saya mulai diberi tanggung jawab
mengurus butik ‘Dian Pelangi’ di Jakarta sambil melanjutkan sekolah ke ESMOD
selama setahun. Setelah itu juga sempat mengambil kursus Bahasa Arab di Kairo,
Mesir, untuk menambah pemahaman mengenai pakem-pakem agama Islam dalam
berbusana.
Tahunn
2009, saya diajak gabung ke Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia
(APPMI). Saya menjadi anggota termuda di asosiasi itu.
Pertama
kali fashion show?
Pertengahan tahun 2009. Saya diajak Kementrian Pariwisata menggelar fashion show di Melbourne, Australia. Saya terkejut, karena ternyata ada perancang senior Iva Latifah juga. Sementara saya masih 18 tahun waktu itu. Alhamdullilah responsnya bagus. Sampai ada ulasan di koran terkemuka setempat The Age. Mereka takjub dengan kolaborasi religi dan style yang saya buat. Mereka tidak menganggap aku aneh, atau mengait-ngaitkan busana muslim dengan terorisme. Mereka apresiasi banget. Banyak juga bule yang borong, karena kan memang potongannya universal, bisa dipakai tanpa kerudung. Dari situ aku semakin tertantang membuat baju muslim yang stylish, tanpa harus dengan bahan mahal.
Pertengahan tahun 2009. Saya diajak Kementrian Pariwisata menggelar fashion show di Melbourne, Australia. Saya terkejut, karena ternyata ada perancang senior Iva Latifah juga. Sementara saya masih 18 tahun waktu itu. Alhamdullilah responsnya bagus. Sampai ada ulasan di koran terkemuka setempat The Age. Mereka takjub dengan kolaborasi religi dan style yang saya buat. Mereka tidak menganggap aku aneh, atau mengait-ngaitkan busana muslim dengan terorisme. Mereka apresiasi banget. Banyak juga bule yang borong, karena kan memang potongannya universal, bisa dipakai tanpa kerudung. Dari situ aku semakin tertantang membuat baju muslim yang stylish, tanpa harus dengan bahan mahal.
Momentum
yang paling menentukan karier?
Jakarta Fashion Week 2009. Saya tampil sebagai desainer junior pendatang baru. Responsnya luar biasa. Semua orang sepertinya membicarakan saya dengan banyaknya ulasan di media cetak, elektronik, dan internet.
Jakarta Fashion Week 2009. Saya tampil sebagai desainer junior pendatang baru. Responsnya luar biasa. Semua orang sepertinya membicarakan saya dengan banyaknya ulasan di media cetak, elektronik, dan internet.
Ajang ini yang sepertinya membuat
saya makin dikenal dan mendatangkan undangan fashion show ke
mancanegara. Ini menjadi batu loncatan yang bagus banget bukan hanya untuk aku
tapi untuk semua fashion disainer Indonesia.
Dari situ, koleksi saya dilirik
Kementrian Pariwisata untuk dibawa ke London, Inggris, April 2010, dalam acara
‘Indonesia Is Remarkable’ di Harrods. Tapi, sebelumnya saya juga sempat diajak
pameran oleh Kementrian Perindustrian dan Perdagangan ke Abu Dhabi. Dan,
responsnya selalu positif.
No comments:
Post a Comment