Siapa sangka Sukarnah, atlet
Indonesia yang pernah merebut medali perunggu dalam cabang lempar lembing putri
di Asian Games ke-3 di Tokyo, tahun…1958, kini hidup merana sebagai buruh tani
musiman di desanya, di Cisaga, Tasikmalaya, Jawa Barat. Lebih mengejutkan lagi,
atlet putri yang mengharumkan nama Indonesia di dunia itu sekarang sudah
berganti kelamin menjadi seorang pria bernama Iwan Setiawan. "Waktu itu
saya satu-satunya atlet Indonesia yang membawa pulang medali," ujar Iwan
yang kini berusia 67 tahun, ketika tampul di Kick Andy. Bagaimana penghargaan
pemerintahan Bung Karno waktu itu terhadap prestasi Sukarnah itu? "Pada
saat menerima tim atlet Indonesia, Bung Karno menepuk pundak saya dan
mengatakan saya sudah berjasa bagi bangsa dan Negara," ujarnya. Pujian
dari kepala Negara itu sudah cukup berarti bagi Sukarnah. "Saya bangga
sekali waktu itu. Saya tidak mikir untuk mendapatkan penghargaan macam-macam.
Saya membela Indonesia dengan semangat nasionalisme," dia menegaskan.
Kalaupun ada penghargaan sejumlah uang dari pemerintah dan pengusaha, oleh
Sukarnah digunakan untuk menyelesaikan kuliahnya di IKIP Bandung. Suhanah atau
Iwan mengaku memang pernah dijanjikan akan diberi rumah. Tapi sampai sekarang
janji itu tidak pernah terwujud. Lalu bagaimana ceritanya sampai Sukarnah
berubah menjadi Iwan? "Waktu itu saya mimpi bertemu Bung Karno. Sejak itu
terjadi perubahan fisik pada dirinya. Dari seorang wanita menjadi pria yang
normal. Ketika ditanya apakah ada kemungkinan waktu itu sebenarnya dia
sebenarnya laki-laki yang menyamar menjadi atlet putri?, Iwan nyangkal.
"Waktu itu saya perempuan tulen. Sebelum melakukan pertandingan semua
atlet dites dulu," ujarnya. "Perubahan kelamin terjadi beberapa tahun
kemudian," ujar suami dari Puji Astuti yang kini menjadi ayah seorang anak
ini dengan meyakinkan. Cerita tentang Sukarnah atau Iwan Setiawan ini hanya
sebagian dari cerita duka para atlet Indonesia yang pernah mengharumkan nama
Indonesia yang kemudian di masa tua mereka harus hidup menderita secara
material karena kurangnya penghargaan dari pemerintah. Surya Lesmana, misalnya.
Mantan pemain sepakbola yang besama Jakob Sihasale pernah mengharumkan nama
Indonesia di Piala Merdeka Malaysia ini sekarang tinggal di sebuah kamar sempit
di daerah Glodok Jakarta dengan kondisi yang menyedihkan. Juga atlet taekowondo
Budi Setiawan yang meraih medali perunggu di Asian Games ke-10 di Seoul Korea
Selatan pada 1986. Budi bahkan pernah terpaksa menggadaikan semua medali yang
pernah diperolehnya untuk bisa menyambung hidup keluarganya. Sekarang mantan
juara Asian Taekwondo Championship dan SEA Games ini harus jungkir balik
menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai pelatih honorer taekwondo
anak-anak SD dan SMP. Hal yang tidak jauh berbeda dialami Tati Sumirah.
Pahlawan bulutangkis yang pernah bersama Tim Uber merebut Piala Uber untuk
pertama kalinya ini sekarang harus hidup dengan menumpang di rumah kakaknya
sembari membantu jualan barang-barang kelontong. "Saya ingin bisa bekerja
di pabrik seperti tetangga-tetangga yang lain," ujarnya. Maka, sungguh
mengharukan ketika Rudy Hartono, maestro bulutangkis Indonesia, di acara Kick
Andy langsung memberikan pekerjaan kepada Tati Sumirah di perusahaan olie Top
One yang dipimpinnya. Sementara Iwan Setiawan, Budi Setiawan, dan Surya Lesmana
masing-masing mendapat rumah dari Menpora Adyaksa Dault yang diberikan secara
spontan di ujung acara Kick Andy.
No comments:
Post a Comment